Penyakit Hepatitis C saat ini menginfeksi lebih dari 170 juta
manusia di seluruh dunia, terutama di Asia, Afrika dan Eropa Selatan. Sejauh
ini belum ada vaksinasi virus Hepatitis C.
Sampai saat ini, terapi standar untuk melawan Hepatitis
C adalah memberikan preparat kombinasi Interferon, sejenis protein yang
memicu kekebalan tubuh pasien dan penguat Interferon, Ribavirin, yang memiliki
efek anti viral.
Virus Hepatitis C memicu peradangan hati. Jika tidak diobati,
penyakitnya dapat menjadi kronis dan pada kondisi tertentu menyebabkan sirosis
atau pengerasan hati. Juga pengobatan pengidap Hepatitis C kronis menggunakan
preparat Interferon, hanya separuhnya yang sukses. Selain itu pengobatan dengan
kombinasi Interferon berlangsung lama, antara enam hingga 12 bulan. Para pasien
seringkali mengalami dampak sampingan yang cukup berat.
Kini di Amerika Serikat dipasarkan obat baru dengan unsur aktif
bernama Telaprevir, yang memerangi virus Hepatitis C secara lebih terarah. Obat
baru itu disebutkan tidak dapat menggantikan terapi kombinasi Interferon.
Melainkan, dengan memberikan tiga jenis unsur aktif, kemanjuran pengobatan
Hepatitis C dapat ditingkatkan secara drastis.
Sejumlah uji coba membuktikan keampuhan terapi baru ini. Prof.
Heiner Wedemeyer dari Sekolah Tinggi Kedokteran Hannover yang ikut serta dalam
uji coba mengungkapkan, “Pada pasien yang sebelumnya tidak diobati, terapi
standar menyembuhkan sekitar 50 persennya. Sementara pada terapi dengan
tambahan obat baru, atau kombinasi tiga macam obat, tingkat penyembuhannya
mencapai 75 persen. Artinya terdapat peningkatan dramatis sekitar 30 persen.
Kami dapat mengatakan, tiga dari empet pasien, pada akhir pengobatan akan dapat
disembuhkan. Dalam analisa selanjutnya, tingkat penyembuhan bahkan mencapai 80
persen.“
Terapi standar yang diterapkan saat ini juga amat rumit. Untuk
memperkuat kekebalan tubuh, pasien harus disuntik Interferon seminggu sekali.
Sementara untuk memperkuat efeknya, pasien setiap harinya harus menelan dua
tablet Ribavirin. Terapinya harus dilakukan selama 48 minggu. Jika dalam
terapinya ditambahkan obat baru Telaprevir, jangka waktu pengobatan diperpendek
separuhnya, menjadi hanya sekitar 24 minggu.
Efek Sampingan dan Biaya
Namun Prof. Wedemeyer mengakui, disamping efek positifnya, juga
terdapat dampak sampingan, “Telaprevir dapat memiliki dampak samping utama
berupa reaksi pada kulit. Bercak pada kulit hingga lebih dari 50 persen tubuh,
atau terbentuk gelembung cairan pada kulit. Juga diamati kasus diare. Hal itu
terjadi pada sekitar 10 persen pasien. Dan pengobatannya harus dihentikan.“
Unsur aktif Telaprevir adalah keluarga dari apa yang disebut
protease blocker, yang berfungsi secara terarah memblokir perkembang biakan
virus. Pengobatannya harus dilakukan di bawah pengawasan para dokter ahli atau
rumah sakit khusus. Obat baru itu disebutkan dapat memiliki dampak timbal balik
yang merugikan dengan obat-obatan lain.
Pemberian protease-blocker Telaprevir diatur amat ketat, yakni
setiap delapan jam, juga di tengah malam harus diminum satu kapsul. Prosedurnya
menutut disiplin amat tinggi dari pasien. Juga obat baru itu harganya amat
mahal. Untuk pengobatan selama enam bulan diperlukan biaya sekitar 17.000 Euro.
Dengan begitu, jika harga obat baru yang ampuh memerangi Hepatitis C itu tetap
tinggi, maka hanya segelintir pasien yang kaya yang dapat menikmati manfaatnya.
Michael Engel/Agus
Setiawan
Editor: Christa
Saloh-Foerster
Sumber
: http://www.dw.de/terapi-baru-hepatitis-c/a-15399492
No comments:
Post a Comment